Pemerintahan
Rakor Bersama Tim Peneliti ITS, Wabup Akui Ada Penurunan Tanah di Banjir Tanggulangin
Memontum Sidoarjo – Wakil Bupati (Wabup) Sidoarjo, Nur Ahmad Syaifuddin mengakui adanya dugaan penurunan tanah (subsidence) yang menjadi pemicu banjir di Desa Banjarasri dan Desa Kedungbanteng, Kecamatan Tanggulangin, Sidoarjo. Karena itu, menyebabkan air banjir yang menggenangi kedua desa itu tak kunjung surut selama dua bulan terakhir.
Berdasarkan datanya, penurunan tanah itu menyebabkan lahan menjadi genthong hingga menyebabkan air hujan tak bisa mengalir kemana-mana. Namun tetapi berada di lokasi lahan yang genthong sebagai dampak penurunan tanah itu.
“Memang ada penurunan tanah (subsidence) tapi tidak merata. Karenanya kami minta ITS meneliti secara keseluruhan mulai drainase, geogolisnya hingga tata ruang perumahannya,” terang Wabup Sidoarjo, Nur Ahmad Syaifuddin, Kamis (5/3/2020) usia rakor bersama Kapolresta, Dandim Sidoarjo, tim peneliti ITS serta sejumlah OPD terkait di lingkungan Pemkab Sidoarjo di Pendopo Delta Wibawa.
Selain penelitian, Wabup yang akrab dipanggil Cak Nur ini memaparkan juga bakal melanjutkan status tanggap darurat yang berakhir tanggal 3 Maret 2020 itu. Hal itu lantaran dari anggaran tanggap darurat Rp 2,7 miliar masih tersisa sebesar Rp 1 miliar.
“Memang untuk dapur umum sudah selesai. Tapi untuk menghidupkan 16 unit pompa air kan butuh operasional. Makanya sisa anggaran Rp 1 miliar itu yang akan digunakan,” imbuhnya.
Begitu juga soal penertiban bangunan di sempadan sungai dan normalisasi sungai bakal tetap dikerjakan. Namun akan dikerjakan setelah musim hujan habis.
“Kalau dikerjakan sekarang tidak efektif normalisasi itu. Karena tanah kerukan akan digunakan tanggul penahan sungai,” tegasnya.
Sementara ada 7 tim peneliti dari ITS dalam rapat itu. Mereka terdiri dari ahli geologi, hidrologi, tata ruang kota dan pakar sipil infrastrukrur.
“Kami sudah ada gambaran mana saja yang mau difollow up soal penelitiannya. Karena ini permintaan Pemkab Sidoarjo maka semua akan dikaji termasuk soal penurunan tanah dan sistem drainasenya,” papar Kepala Pusat Penelitian ITS, Aji Pamungkas yang juga ahli tata ruang kota ini.
Sedangkan ahli geologi ITS, Amin Widodo mengakui penelitian Tahun 2016 ada penurunan struktur tanah sekitar 8 sentimeter. Hal itu berdasarkan kajian penelitian di Desa Banjarasri, Kedungbanteng dan Desa Kalidawir saat itu.
“Tanda penurunan tanah itu ya lahannya ngantong. Jadi air nggak bisa kemana mana saat hujan. Tapi penyabab lainnya juga banyak bangunan liar sempadan sungai dan drainasenya mengalami penyempitan. Jadi hujan bukan menjadi penyebab utama banjir di Tanggulangin,” tandasnya. Wan/yan
- Berita5 tahun
Dirut PDAM Delta Tirta Sidoarjo Antara Permen PDAM dan PP BUMD, Bupati LSM LIRA Desak Bupati Sidoarjo Segera Rekrut Dirut Baru (5/habis)
- Pemerintahan5 tahun
7.232 Karyawan Pabrik di Sidoarjo Diberhentikan Massal, Akibat Wabah Corona
- Hukum & Kriminal5 tahun
Densus Geledah Rumah Terduga Teroris di Desa Ngaresrejo
- Hukum & Kriminal5 tahun
Joki Balap Liar Tewas Tabrak Truk Gandeng, Motor Hangus Terbakar
- Berita5 tahun
Seven Gab Sidoarjo Bongkar Mark Up Sembako Covid -19 Rp 4 M, Harusnya Diterima 135.572 Keluarga Pra Sejahtera (1/bersambung)
- Pendidikan4 tahun
Siswa MAIT Sukodono Tembus Maroko, PPTQ Darul Fikri Wisuda 165 Santri
- Pemerintahan5 tahun
Ratusan Jamaah Tarawih di Masjid Al Ikhlas Bluru Permai Sidoarjo, Jalani Rapid Test, 6 Orang Reaktif Covid-19
- Pemerintahan5 tahun
Operasi Pasar di Tengah Covid, Harga Gula Putih Tetap Selangit, Dilepas Bulog Rp 12.300 Dipasaran Rp 17.500 (1/bersambung)