Berita

Prihatin Covid di Sidoarjo Tinggi, BHS Minta Tim Gugus Tugas Kurangi Kegiatan Seremonial

Diterbitkan

-

KETERANGAN - Bacabup Sidoarjo, Bambang Haryo Soekartono (BHS) memberikan keterangan pers soal penanganan dan pencegahan penyebaran Covid-19 di Sidoarjo di Media Center BHS, Rabu (8/7/2020)
KETERANGAN - Bacabup Sidoarjo, Bambang Haryo Soekartono (BHS) memberikan keterangan pers soal penanganan dan pencegahan penyebaran Covid-19 di Sidoarjo di Media Center BHS, Rabu (8/7/2020)

Memontum Sidoarjo – Bakal Calon Bupati (Bacabup) Sidoarjo, Bambang Haryo Soekartono (BHS) mendesak tim Gugus Tugas Penanganan Covid-19 Sidoarjo, mulai mengurangi kegiatan seremonial. BHS menekankan agar tim Gugus Tugas lebih banyak bekerja nyata turun ke lapangan untuk menyadarkan masyarakat.

Hal ini disebabkan jumlah warga terpapar Covid-19 di Sidoarjo cenderung terus meningkat. Saat ini tercatat berdasarkan datanya ada 2.102 pasien positif Covid-19 di Sidoarjo. Selain itu, sebanyak 7 rumah sakir rujukan di Sidoarjo juga sudah penuh dan overload menangani pasien terpapar virus Corona.

“Kita jangan terpaku acara seremonial. Karena jumlah penderita Covid-19 belum bisa ditekan. Sekarag seharusnya pemerintah daerah terus bergerak untuk menggerakkan Aparatur Sipil Negara (ASN) dibawahnya sosialisasi dan mengajak masyarakat yang tidak memakai masker untuk tertib menggunakan masker, menjaga jarak sering mencuci tangan menggunakan sabun dan menerapkan pola hidup sehat (PHBS),” ujar Bambang Haryo Soekartono kepada, Rabu (8/7/2020).

BHS menilai tugas tim Gugus Tugas dan pemerintah daerah saat ini adalah meyakinkan warga agar selalu menggunakan masker. Jika ada warga yang tidak memiliki masker maka kewajiban pemerintah daerah untuk menyediakan masker.

Advertisement

“Kalau perlu CSR-CSR dari perusahaan menengah dan besar di Sidoarjo membagikan masker sebanyak-banyaknya. Karena Covid-19 belum ada vaksinnya. Sekarang vaksinnya adalah tertib menggunakan masker saat keluar rumah,” imbuhnya.

Selain itu, lanjut peraih penghargaan Anggota DPR RI Terinspiratif Tahun 2019 ini meminta Pemkab Sidoarjo mengurangi kontak fisik antar warga di tengah pandemi Covid-19. Misalnya, di seluruh pasar tradisional, tim Gugus Tugas harus menyiapkan tirai pembatas (plastik transparan) antara penjual dan pembeli.

Hal ini untuk menghindari cluster baru di pasar tradisional. Begitu juga di tempat-tempat sentra UMKM dan mall juga harus dibatasi dengan tirai plastik. Tujuannya antara pedagang dan pembeli tidak sampai bersentuhan secara fisik sekaligus menjaga social dan physical distancing.

“Penjual makan bisa menggunakan face shield, agar semua dapat terhindar dari Covid-19. Bila perlu semua pasar di Sidoarjo mencantumkan daftar harga (price list) 11 komuniditas bahan pokok untuk mengurangi kontak fisik pedagang dan pembeli tidak perlu ada tawar menawar lagi. Karena harganya sudah jelas. Termasuk di pasar diberi pengeras suara yang menginformasikan pengunjung agar selalu memakai masker. Kalau saya sebagai Ketua Tim Gugus Tugas saya wajibkan semua toko dan stan di pasar menggunakan tirai plastik. Termasuk di mall dan pertokoan lainnya,” tegas Bacabup yang bakal diberangkatkan Partai Golkar dan Partai Gerindra ini.

Advertisement

Tidak hanya itu, lanjut Alumnus ITS Surabaya ini, tim Gugus Tugas seharusnya memanfaatkan semua perangkat daerah untuk mensosialisasikan pemakaian masker. Karena saat ini vaksin terbesar pencegahan Covid-19 adalah menggunakan masker. BHS mengilustrasikan misalnya di Sidoarjo ada 14.000 ASN, ditambah anggota TNI dan Polri serta Kades dan perangkat desa. Semua secara bersama-sama mensosialisasikan dan memberikan himbauan kepada warga agar selalu menggunakan masker.

“Kalau semua bergerak, kami yakin masyarakat akan sadar dan selalu menggunakan masker. Bahkan antar waga juga bisa saling mengingatkan jika ada yang kedapatan tidak menggunakan masker. Akan tetapi jangan sampai bertengkar hanya gara-gara masker. Itu sudah dilakukan di Jateng dan Jabar sehingga angka penyeberan Covid-19 bisa ditekan,” ungkapnya.

Contoh lainnya, kata BHS misalnya di Jawa Tengah menggunakan konsep ‘Jogo Tonggo’ yang dianggap sukses menurunkan angka penyebaran Covid-19. Konsep Jogo Tonggo itu dari RT. Setiap RT mengamati kekurangan warganya. Misalnya siapa tidak punya masker atau tidak makan makanan bergizi bisa dibantu dari orang berlebih. Jika di Sidoarjo misalnya, bisa menggunakan istilah ‘Tepo Seliro Tonggo’. Sehingga yang lebih mampu dapat membantu tetangganya.

“Jangan menerapkan jam malam, itu tidak efektik. Karena malam hari aktivitas warga berkurang. Begitu juga rencana konsep PSBB per kecamatan/kelurahan/desa seperti digagas di Surabaya itu mala tidak akan efektif seperti yang diterapkan di Singapura saat menerapkan lockdown. Justru jumlah warga yang terpapar meningkat drastis. Gugus tugas kreatif.

Advertisement

Bukan penerapan jam malam. Karena yang dibatasi bukan kegiatan warganya, tetapi yang dibatasi adalah social dan physical distancingnya,” tandasnya. Wan/yan

 

Advertisement
Click to comment

Tinggalkan Balasan

Terpopuler

Lewat ke baris perkakas